Apa yang sebenarnya menjadikan pengguna komputer jatuh hati dengan teknologi penyimpanan yang disebut SSD? Mungkin serupa dengan masa transisi dari CD ke flashdisk hampir dua dekade lalu. Teknologi ini menawarkan proses baca, tulis, dan transfer media yang jauh lebih cepat. Efisiensi, itu nilai jual utamanya.
Semakin hari, tentu teknologi SSD ini mendapat sentuhan-sentuhan baru. Mulai dari bentuk, dimensi, interface, hingga performa. Dan yang sedang hangat saat ini adalah sentuhan performa baru di produk penyimpanan SSD dengan memanfaatkan interface yang juga baru. Ia disebut SSD PCIe.
Apa itu SSD PCIe atau NVMe?
NVMe merupakan singkatan dari Non-Volatile Memory express, yang sebenarnya menawarkan kemampuan serupa SSD. Hanya saja memiliki performa latensi dan penggunaan CPU usage yang lebih rendah juga keunggulan dalam memanfaatkan perangkat internal berbasis flash secara pararel. Seperti halnya Hardisk, SSD generasi awal pun memanfaatkan interface SATA. Hanya saja dengan karakteristik chip flash yang mampu memberikan performa baca tulis hingga 10 kali lipat.
Nah, NVMe ini membuat proses transfer data lebih cepat lagi dengan memanfaatkan kecepatan jalur PCI Express V3. Tak hanya seperti aksesoris PCI Express yang sering dijumpai pada desktop PC, NVMe menggunakan jalur khusus PCI Express x4 yang biasanya hanya diperuntukkan untuk jalur video card. Di atas kertas, NVMe bisa memanfaatkan lebar bandwith yang dimiliki PCI Express V3 hingga 4 x 985Mbps atau sekitar 3,9Gbps.
SSD dengan koneksi PCIe sebenarnya sudah lama tersedia seperti contoh dari OCZ RevoDrive, Kingston HyperX Predator, ataupun Plextor M6e. Namun SSD tersebut pada waktu itu masih terbentur standar AHCI lama. Namun sekarang semenjak tersedianya instruksi NVMe maka SSD terbaru dan yang sudah diedarkan pun dapat melaju dengan potensi tertinggi. Intel sebagai penggalang standar NVMe pun tidak perlu menunggu lama dengan peluncuran Intel 750 SSD yang mampu mencapai 2.5 gbps untuk read dan 1.2 gbps untuk write nya. Untuk dapat menggunakan teknologi ini, ada tiga syarat yang harus ada pada PC atau laptop kita.
- Pertama, tentu slot PCIe atau kalau di laptop slot M.2 karena umumnya, jenis slot ini bisa dibuat dua fungsi, SATA dan PCIe. Walaupun jenis slot M.2 yang mendukung PCIe sedikit berbeda.
- Kedua, sistem operasi yang mendukung teknologi ini. Pada awalnya, hanya Windows 8.1 dan Windows Server 2003 yang memiliki driver untuk solusi NVMe. Namun, saat ini, Windows 10, Windows 7 hingga Linux pun bisa memanfaatkan teknologi ini.
- Ketiga, tentu SSD NVMe-nya itu sendiri. Secara fisik sepintas serupa dengan SSD SATA ber-form factor NGFF 2280. Namun, berbeda pada bagian konektor di mana SSD NVMe memiliki dua colokan. Buat kamu yang laptop-nya memiliki slot M.2 tapi belum mendukung NVMe, jangan sekali-sekali bereksperimen untuk menginstal SSD NVMe ke dalamnya.
Dengan teori yang disebutkan di atas, SSD PCIe menjanjikan throughput yang bisa disejajarkan dengan dua buah SSD yang di RAID 0. Bisa kamu bayangkan, dengan satu buah SSD berteknologi NVMe, kita boleh saja meninggalkan teknologi RAID. Serupa dengan SSD SATA, kapasitas juga mempengaruhi kecepatan dari SSD NVMe.
Dengan performa yang ditawarkan, tidak salah jika produk-produk laptop gaming yang sudah mengadopsi Intel Skylake juga berlomba-lomba meng-highlight fitur ini. Namun terdapat masalah untuk SSD NVMe, seperti halnya dengan berbagai teknologi baru, harga SSD NVMe pun masih tergolong tinggi.